PARA KSATRIA ITU TELAH KEMBALI PADA KHITTOHNYA!
PARA KSATRIA
ITU TELAH KEMBALI PADA KHITTOHNYA
[Catatan Aksi Bela Suherman Jilid 3]
Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Terik mentari yang menyala pada Jumat siang yang membara
(7/9), tak mampu menyurutkan langkah para peserta aksi Bela Suherman Jilid 3.
Dari kejauhan, barisan pemuda Islam dan para mujahidah terlihat membawa Al Liwa
dan Ar Roya, berbaris rapih dan berjalan di sepanjang kaki lima Jl. A. Yani
Bekasi, berbanjar beriringan dari masjid Islamic Center Kota Bekasi menuju
kantor walikota Bekasi.
Sejurus kemudian, mobil komando yang membawa peralatan
sound sistem segera tiba, membentuk formasi berada tepat di pintu gerbang
kantor walikota Bekasi, membelah sekaligus menjadi pembatas barisan peserta
Ikhwan dan akhwat. Sambil menunggu peserta yang terus datang berbondong,
pembawa acara terus melantunkan sholawat Al Asgily.
Di sepanjang sudut lingkaran aksi, tampak Laskar
Pembela Islam (LPI) berdiri tegap, rapih, dengan seragam warna putih terlihat
gagah mengawal aksi. Para petugas keamanan (Tim Kam) dan koordinator lapangan
juga terlihat sibuk mengatur barisan, agar aksi tidak mengganggu hak publik
untuk menggunakan jalan.
Di sudut belakang mobil komando, nampak para tokoh
ormas, para ulama dan ustaz yang juga ikut hadir dalam agenda aksi. Terlihat
ada Ust. Maulana Hamdani dari Garis Bekasi, Ust Verry dari FAPB, Ust Ismail
lbrahim dari GISS Bekasi Raya, Ust Salman dari FPI Bekasi Raya, Ust Arifin, Ust
Hidayatullah, bahkan ada juga Ust Wildan Hasan dari MIUMI.
Tidak ketinggalan, nampak hadir Ust Irwan Syaifulloh
dari PA 212, ada Kiyai Umar, Kiyai Abu Hanifah, Kiyai Ahmad Zainuddin. Terlihat
pula barisan generasi pemuda Islam yang ikut menyemarakkan aksi damai ini.
Ribuan peserta aksi begitu khusuk menyimak orasi dari para pembicara.
“FKUB itu Forum Untuk Menjaga Kerukunan Umat Beragama.
Sayangnya, dalam fakta persidangan ada saksi justru yang menerangkan melalui
pertemuan FKUB mendorong kasus ini ditindak agar memberi pelajaran. Lantas, apa
saudara kita Shodikin dan Suherman di penjara itu sebuah pelajaran ? Bukankah
itu kezaliman?” Ungkap Ust Verry dalam orasinya.
Ust Irwan Syaifulloh dari Persaudaraan Alumni 212,
begitu gemas melihat proses penegakan hukum di negeri ini.
“Ini
benar-benar kezaliman yang nyata. Seluruh lini penegakan hukum di negeri
bobrok, di kepolisian, kejaksaan, pengadilan bahkan di Pemerintahan. Hukum
hanya tajam kepada umat Islam, tetapi tumpul kepada para penista agama”.
Terangnya.
Ust Salman, dalam orasinya menegaskan bahwa aksi yang
dilakukan umat Islam untuk bela shodikin dan Suherman ini belum mengerahkan
seluruh kekuatan. FPI Bekasi baru mengawal, belum sepenuhnya menurunkan seluruh
anggotanya.
“Jika Suherman dan shodikin tidak dibebaskan, maka kami
dari FPI siap menumpahkan darah untuk meraih Syahid di jalan Allah SWT. Kami
siap berperang membela agama Allah SWT” tegas Ust Salman berapi-api.
Kasus Suherman dan shodikin memang sensitif, tidak
sekedar kasus penyebaran kebencian melalui sarana ITE, tetapi telah masuk
persinggungan antar agama. Sayangnya, sejak awal pemkot Bekasi tidak mengambil
ikhtiar maksimal untuk mencegah kasus ini.
Diketahui, sebelum kasus bergulir telah ada pertemuan
dalam forum pimpinan daerah yang membahas ihwal konten ini. Bahkan, ditingkat
koordinasi antara umat beragama, telah pula dibuat forum pertemuan yang
difasilitasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Kami sangat menyayangkan didalam forum FKUB justru
merekomendasikan kasus ini diproses, bukan dimediasi untuk didamaikan demi
menjaga kerukunan. Padahal, Kiyai Ishomudin Mochtar yang mendapat kiriman surat
ancaman perang salib langsung via pos, tegas menolak membawa ke proses hukum
demi menjaga harmoni” ungkap Ust Verry.
Sebelumnya para tokoh ormas dan aktivis Islam juga
telah meminta kepada Kapolresta Bekasi Kombes Pol Indarto agar memfasilitasi
damai. Namun, perkara shodikin justru dipercepat dan dilimpahkan ke kejaksaan.
Walikota Rahmat Efendi ketika itu, sempat menemui
Suherman dan menyatakan telah memberi maaf. Sayangnya, ungkapan maaf ini tidak
ditindaklanjuti dengan memfasilitasi para pihak agar perkara tidak berlanjut
dan memantik disharmoni sosial ditengah masyarakat Bekasi.
Namun, dibalik musibah dan ujian yang menimpa Suherman
dan shodikin, ada hikmah besar. Penulis melihat, betapa semangat keislaman dan
membela saudara seiman dan seakidah Islam nampak begit kuat auranya menyelimuti
seluruh peserta aksi. Suasana persaudaraan begitu hangat, dan yang begitu
terasa adalah kembalinya semangat juang para ksatria, para mujahid Bekasi.
Ya, kasus Suherman dan shodikin ini
membangunkan para ksatria Islam, para mujahid Bekasi kembali pada khittoh
perjuangannya. Kembali bersatu padu, membela dan melindungi agama Islam dan
para pengembannya. Para ksatria itu, telah kembali pada khittohnya.