REZIM SEMAKIN REPRESIF DAN ANTI ISLAM [Catatan Kezaliman Rezim]
Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Ketua LBH PELITA UMAT
Ketua LBH PELITA UMAT
Pekan ini, penulis mendapat 3 (tiga) kabar pilu
terkait nasib umat Islam. Kabar, yang sesungguhnya tidak mengherankan bagi
siapapun yang menerima, karena telah paham bagaimana jejak kaki dan tangan yang
telah ditorehkan rezim. Rezim yang sejak dikukuhkan, telah mengumumkan
‘peperangan’ terhadap Islam dan kaum muslimin.
Pertama, kabar pilu tentang nasib Habibana, Habib
Muhammad Rizq Syihab yang mendapat pencekalan di Mekah. Beliau, ulama dan Imam
besar umat Islam Indonesia telah menerima untuk meradang berada di negeri nan
jauh, dan terus memendam rindu kepada kampung halaman.
Ternyata, ada pihak yang tidak puas sekedar memisahkan
beliau dengan kaumnya, dengan tanah kelahirannya, dengan bangsanya. Setelah
kriminalisasi dilakukan terhadap beliau, perburuan dan persekusi itu berlanjut
hingga pencekalan beliau di Mekkah.
Kabar tentang bagaimana beliau diperlakukan secara
tidak hormat, antara 4-5 jam di interogasi oleh otoritas aparat yang tidak
mungkin terjadi tanpa ada perintah. Dan perintah itu, tidak mungkin hanya dari
otoritas Arab Saudi, pasti ada permintaan dari otoritas negara yang
berkepentingan. Dan, penulis menduga kuat rezim ada dibalik persekusi ini.
Kedua, kabar ditolaknya Permohonan Banding Ormas
Islam HTI oleh PTTUN Jakarta. Pengadilan tinggi, justru menguatkan putusan
tingkat pertama dan meneguhkan bahwa “HTI mengemban ajaran Islam khilafah, yang
dianggap bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945”.
Ini aneh, fitnah keji yang tendensius yang diframing
melalui putusan pengadilan. Kezaliman yang luar biasa. Bagaimana mungkin ajaran
Islam khilafah dibenturkan dengan Pancasila ? Kalau makar represif ini yang
terus dipaksakan, maka sah dan legal jika umat Islam meninggalkan Pancasila.
Umat Islam hanya diperintah oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya terikat dengan Al Quran dan As Sunnah, bukan yang lain. Penghormatan
umat Islam kepada Pancasila, karena ajaran Islam tidak mungkin bertentangan
dengan Pancasila.
Hanya saja, putusan PTTUN Jakarta telah menguatkan
kontroversi dan kontradiksi Islam dengan Pancasila. Karenanya, jika dipaksa
demikian jangan salahkan jika umat Islam akan berbondong-bondong, bedol deso
meninggalkan Pancasila. Diakherat kelak, hisab Amal hamba dipertanggungjawabkan
berdasarkan Al quran dan as sunnah, bukan Pancasila.
Pada sisi yang lain, korupsi PLTU Riau disinyalir
melibatkan korporasi. beberapa kader Partai Golkar menerima aliran dana korupsi
yang digunakan untuk kegiatan kepartaian (munadlub). Diantara anggota partai,
ada yang bebondong-bondong mengembalikan uang korupsi. Apakah ini yang disebut tindakan
Pancasilais ?
Kader PDIP paling banyak menjadi pasien KPK karena
kasus korupsi. Bahkan, kader PDIP diketahui melakukan tindakan beringas,
menyerang kantor media, karena tidak puas terhadap pemberitaan tentang
ketumnya. Lantas, ini yang mau disebut Pancasilais ?
Aneh, jika berdakwah menyampaikan ajaran Islam
khilafah dituding anti pancasila, sementara yang jelas merugikan keuangan
negara, koruptor kelas wahid tidak disebut anti Pancasila. Karena itu, sah jika
ada kesimpulan Pancasila hanyalah alat politik untuk menggebuk lawan.
HTI dibubarkan bukan karena bertentangan dengan
Pancasila, tetapi bertentangan dengan kepentingan penguasa. Kekalahan Ahok
dalam Pilkada DKI Jakarta yang merontokkan wibawa partai pengusung adalah awal
bala’ yang ditimpakan rezim kepada HTI. Pancasila dan seabrek alasan lainnya
hanyalah dalih yang dijadikan legitimasi untuk menerapkan kebijakan zalim.
Ketiga, Gus Nur alias Cak Nur atau Sugi Nur Raharja,
hari ini mendapat panggilan penyidik Polda Sulteng untuk hadir pada tanggal 01
Oktober 2018 dengan status tersangka. Gus Nur ditersangkakan, setelah
sebelumnya ada laporan dari M Kaharu dari Banser. Pada pemeriksaan terakhir
terhadap anak Gus Nur yang juga didampingi LBH PELITA UMAT, penyidik sudah
mengkonfirmasi kemungkinan ini.
Rasanya sakit sekali dada umat ini, disuguhi kezaliman
demi kezaliman oleh rezim. Pada saat rezim hendak melakukan suksesi politik,
berharap ingin dipilih lagi untuk dua periode, bukannya melunak dan ramah
terhadap umat Islam justru sebaliknya. Rezim semakin ganas, semakin represif,
dan semakin anti Islam.
Memang benar, umat Islam memiliki Allah SWT. Hanya
kepada Allah SWT umat meminta pertolongan, hanya kepada Allah SWT umat berserah
diri. Kekuasaan ada pada genggaman Allah SWT, Allah akan pergiliran kepada
hamba-Nya yang dikehendaki. Sesungguhnya rezim ini tidak sekedar menentang
Habib Rizq Syihab, membenci HTI, menarget Gus Nur. Tetapi yang benar, rezim ini
benci dan sangat menentang Islam.
Ya Allah, karuniailah umat ini
kesabaran, keikhlasan dan persatuan agar dapat segera menggulung kekuasaan
rezim represif anti Islam ini. Ya Allah…berilah jalan kepada umat, melalui
kekuatan yang Engkau karuniakan, untuk bisa segera mengakhiri kekuasaan yang
zalim dan menindas ini. Amien yarobbal ‘alamien.